Ads 468x60px

Pages

Minggu, 24 April 2011

Koalisi KAM Rabbani-Independen dan Madani-Perjuangan

Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Rabbani yang memperoleh suara terbanyak pada pemilihan umum sebelumnya memutuskan berkoalisi dengan KAM Independen pada Pemilihan Umum (Pemilu) USU tahun ini.

Koalisi ini mengusung Riko Putra yang merupakan kader dari KAM Rabbani sebagai presiden. Sedangkan wakilnya Dimas Tofan, berasal dari KAM Independen. Sulhan Taufik, Ketua KAM Rabbani USU menjelaskan, ini merupakan hal yang biasa dalam perpolitikan. “Kali ini kami (kedua KAM – red) memiliki kesamaan visi dan misi dan juga melihat peta perpolitikan yang ada,” ucapnya, Kamis (21/4).

Begitu juga dengan dua KAM lainnya yaitu KAM Madani yang berkoalisi dengan KAM Perjuangan. Kedua KAM ini mengirimkan kadernya yaitu Mitra Nasution sebagai calon presiden yang merupakan kader dari KAM Perjuangan dan sebagai wapresnya Fajar Soefany dari KAM Madani. Mitra,mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi 2004, ini menjelaskan akan membangun Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU sebagai visi dan misinya. “Kami akan mengembalikan fungsi pema sebenarnya,” ucapnya. (M Januar)
Menjelang akhir penutupan pendaftaran bakal calon (balon) presiden -wakil presiden (capres-wapres) mahasiswa pada Kamis (21/4), dua pasang bakal capres-wapres mahasiswa telah mendaftarkan diri.

Dua pasang bakal calon tersebut adalah Mitra Nasution-Fajar Soefany yang diusung oleh Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Madani yang telah mendaftarkan diri sekitar pukul 1.30. Sedangkan pasangan berikutnya Riko Putra-Dimas Tofan yang diusung oleh KAM Rabbani mendaftar lima menit sebelum waktu pendaftaran ditutup.

Kedua pasang bakal capres-wapres tersebut akan diverifikasi pada esok hari dan diumumkan pada esok harinya juga. “Kami akan mengadakan rapat untuk menyatakan apakah para bakal calon lulus verifikasi atau tidak,” ucap Nurpanca Sitorus, Kamis (21/4).

Dari kedua pasang calon yang mendaftar, terdapat dua mantan anggota KPU USU. Dua orang tersebut adalah Riko Putra delegasi anggota KPU dari Fakultas Teknik dan Dimas Tofan dari Fakultas Ekonomi. (M Januar)

Minggu, 17 April 2011

PSMS Benamkan PSAP Sigli, Jaga Delapan Besar

Medan, suarausu-online.com — PSMS berhasil memenangi laga kontra PSAP Sigli dengan skor 2-0 di Stadion Teladan, Minggu (17/4). Dua gol yang dicetak PSMS dicetak pada babak kedua melalui kaki Ari Yuganda di menit 55 dan Rinaldo di menit 68.

Sejak awal pertandingan dengan skema 4-4-2 PSMS tampil menyerang. Baru saja sembilan menit pertandingan berjalan PSMS membuat pendukung terhenyak saat memperoleh peluang emas melalui sundulan Rahmad, pemain belakang PSMS setelah menerima umpan lambung Christian Gaston Castano. Namun sundulannya masih tipis di atas gawang PSAP Sigli yang dikawal Maskur.

Memasuki menit 22 PSMS berhasil memperoleh peluang emas berturut-turut. Tendangan keras Gaston setelah menerima umpan terobosan masih bisa dimentahkan penjaga gawang PSAP, menciptakan bola liar di luar kotak penalti, lalu disambut tendangan keras Alfian Habibi namun masih berada di atas gawang PSAP Sigli.

PSAP Sigli bukan tanpa peluang. Penyerang PSAP Sigli, Moussa Traore berhasil memperoleh peluang emas melalui tendangan kerasnya dua menit sebelum turun minum namun masih membentur mistar gawang PSMS yang dijaga Andi Setiawan.

Memasuki babak kedua PSMS masih terus menekan PSAP Sigli. Sepuluh menit babak kedua berjalan PSMS berhasil menciptakan gol melalui kaki Ari Yuganda ke pojok gawang PSAP Sigli setelah menerima umpan Donny.

Setelah unggul 1-0, PSMS tak mengendurkan serangan. Suharto, Pelatih PSMS, memasukan Almiro De Souza Valadares dan Rinaldo untuk menambah daya gedor serangan. Racikan Suharto berhasil menambah gol bagi PSMS. Rinaldo yang menggantikan Mahadi Rais mampu menambah angka bagi PSMS menjadi 2-0 setelah lepas dari perangkap off-side kemudian dengan mudah memasukan bola ke gawang PSAP Sigli.

Kemenangan ini membuat posisi PSMS berada di posisi tiga grup satu Divisi Utama Liga Indonesia dengan poin 42 selisih dua poin dengan peringkat dua. Kemenangan ini menjaga kesempatan PSMS menembus delapan besar. “Kita (PSMS- red) akan terus berusaha memepertahankan posisi ini,” ucapnya. (M. Januar)

Sabtu, 02 April 2011

Persma dan Pergerakan

Persma jangan terjebak dalam romantisme masa lalu. Seharusnya, persma harus bersikap dinamis dengan cara mengemas media agar dapat terus mengikuti perkembangan zaman. Hal itu bukanlah tugas mudah.

Berbicara tentang pers mahasiswa (persma) tak bisa dilepaskan dari pergerakan mahasiswa. Persma ikut mendukung penuh pergerakan mahasiswa untuk mengubah situasi yang semakin tidak kondusif. Masih hangat dalam ingatan kita ketika mahasiswa berhasil menggulingkan rezim Soeharto. Sampai saat itu persma berfungsi sebagai media informasi dan pergerakan mahasiswa yang dimotori senat mahasiswa sebagai mediator.
Persma dan pergerakan mahasiswa terus bergandengan tangan untuk menentang kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat, sampai pada peristiwa reformasi tahun 1998. Saking melekatnya persma dengan pergerakan mahasiswa sulit memisahkan keduanya. Hal ini didasari dari kesamaan visi dan misi. Keduanya berorientasi kritis terhadap ketimpangan sosial. Namun hal ini sungguh disayangkan ketika para penggiat persma banyak mencampur adukkan keduanya. Padahal keduanya mempunyai cara berbeda dalam melaksanakan fungsinya.
Persma mempunyai jalannya sendiri dalam bergerak. Tanpa harus turun ke jalan, persma sudah melakukan pergerakan dalam menjalankan visi dan misinya. Dengan memuat pemberitaan yang memonitori kaum birokrat, dan demi kepentingan rakyat, sebetulnya persma sudah melakukan fungsinya.
Kini sepertinya persma telah kehilangan arah. Tidak tahu harus berjalan ke mana. Karena segmentasi pasar persma telah hilang. Banyak dari mahasiswa sendiri tidak perduli dengan keberadaan persma. Persma yang masih bertahan harus bersikap dinamis tak hanya melulu mengikuti ego untuk mengikuti kemauan pasar.
Kita harus mengakui telah terjadi bias pada segmentasi pasar persma. Dahulu, di mana keadilan diabaikan persma tak hanya aktif di sekitar kampus saja. Persma aktif ikut melakukan pergerakan turun aksi kejalan untuk berada pada garda depan di samping menerbitkan media.
Memang ketidakadilan masih sering terjadi di sekitar kita. Bukannya melarang persma aktif turun ke jalan. Saya pikir persma akan kalah gaungnya dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat yang saat ini sangat aktif dan memang fokus pada permasalahan ketidakadilan. Jika aksi turun ke jalan itu dilakukan, penggiat persma tersebut harus melepaskan atribut persmanya.
Sebaiknya persma tidak terjerembab dalam lumpur masa silam yang justru membuat persma ditinggal pasarnya. Persma harus bersikap dinamis dan jangan selalu terjebak dalam romantisme persma masa lalu. Saya berpikir bahwa musuh persma saat ini ada di dalam tubuh persma itu sendiri.
Kini persma mempunyai tugas lebih berat dibandingkan persma masa lalu. Selain memerankan fungsinya sebagai pers alternatif, persma juga harus beradaptasi dengan pasarnya dan mencari cara bagaimana mengemas media lebih baik agar tak ditinggal pasarnya. Saya pikir itu adalah pekerjaan rumah pertama yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Sebelum aksi turun ke jalan. Sebab, jika media kita tak sampai pada para pembaca atau pendengar untuk apa persma ada?
Meski zaman telah berubah, persma harus berperan sebagai mercusuar kala media main stream tak lagi memiliki sikap indepen dan hanya mengikuti si empunya media itu sendiri. Coba kita perhatikan media main stream saat ini. Persma harus bersikap kritis yang kuat dan dalam terhadap permasalahan di kampus, sebagai pengontrol orang rektorat hingga isu nasional. Persma akan terus hidup sebagai media alternatif karena memiliki ideologi yang kuat dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pemodal. Tak seperti media main stream saat ini. Hidup Pers Mahasiswa! (M. Januar)

Ironi Kampus ‘Rakyat’

Istilah kampus rakyat saya dapat ketika mewawancarai seorang narasumber yang merupakan salah satu petinggi di jajaran rektorat. Ia menjelaskan USU merupakan kampus yang paling murah dari segi Sumbangan Pendidikan untuk Pembangunan (SPP). Namun pantaskah USU disebut sebagai kampus rakyat? Melihat biaya pendidikan sudah dinaikkan, sumbangan sana-sini diterapkan beberapa fakultas dan kebijakan-kebijakan yang tak berpihak pada masyarakat.

Aksi mahasiswa di depan gedung rektorat beberapa waktu lalu yang menentang kenaikkan SPP untuk mahasiswa 2010 tampaknya tak terlalu berlebihan. Pasalnya, SPP yang naik dua kali lipat, yakni sebesar Rp 1.500.000 untuk mahasiswa non-eksakta dan Rp 2.000.000 pertahun untuk mahasiswa eksakta. Meskipun SPP USU termasuk murah dibandingkan dengan universitas negeri lain namun harta pendapatan yang USU miliki seperti perkebunan dan kerjasama-kerjasama sudah memiliki hasil yang besar daripada harus menaikkan SPP. Tampaknya ini merupakan kebijakan yang keliru oleh universitas yang berlabelkan kampus rakyat.

Ketika kebijakan SPP sudah berjalan hampir selama satu tahun, tak ada perubahan yang terasa terkait dengan sarana dan prasarana di kampus. Di kelas-kelas masih sering kekurangan kursi untuk menampung mahasiswa yang selalu bertambah setiap tahunnya. Bahkan beberapa departemen di Fakultas Sastra dosen-dosen tak memiliki meja kerja sendiri. Lalu beberapa laboratorium di fakultas yang peralatan-peralatannya semakin lapuk ditelan zaman. Mahasiswa tidak bisa belajar secara maksimal karena harus bergantian menggunakan alat-alat yang ketersediaannya tak sesuai dengan kuantitas mahasiswa.

Tak hanya di pusat, ditingkat fakultas pun mahasiswa muali ‘diperas’. Fakultas Farmasi misalnya, mahasiswa yang memiliki kendaraan bermotor roda dua diwajibkan membayar uang Rp 75 ribu per bulannya dengan alasan ketertiban. Bukankah sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah?

Fakultas Ekonomi pun terlebih dahulu menerapkan kebijakan setiap kendaraan bermotor wajib membayar Rp 15 ribu sebagai pembuatan kartu kendaraan. Kartu kendaraan ini pun dengan sangat tegas mengatakan kendaraan yang hilang bukan tanggung jawab pihak fakultas. Jadi, untuk apa sebenarnya kartu ini dibuat.

Ironi memang. Seharusnya fakultas yang menciptakan sumber daya manusia menjadi seorang ekonom-ekonom, mampu memperbaiki perekonomian di negara ini justru menciptakan kebijakan-kebijakan yang jelas tak berorientasi pada rakyat yang dalam permasalahan ini adalah mahasiswa. para mahasiswanya pun tak memberikan reaksi pada hal ini. Jelas, ini akan menjadi contoh bagi mereka di kemudian harinya.

Akhir-akhir ini tampaknya kampus rakyat ini semakin tak berorientasi pada rakyat. Aksi kucing-kucingan antar satpam dan pedagang sering jadi tontonan di kampus ini. Satpam dengan mobil dinasnya mengejar-ngejar pedagang pecal, rujak, bakso goreng dengan sepedanya. Miris, alasan mereka adalah agar USU terlihat sebagai kampus akademis.

Padahal mahasiswa merasa sangat terbantu dengan adanya para pedagang ini. Ketika kantin-kantin di fakultas menetapkan harga yang tak terjangkau para mahasiswa yang datang ke sini harus menjual sepetak tanahnya di kampung maka para pedagang itulah alternatif mereka yang sesuai dengan uang di sakunya. Dengan tidak bolehnya para pedagang masuk ke dalam lingkungan USU jelas akan menutup pendapatan masyarakat yang memang mengandalkan penjualannya di USU agar dapur mereka tetap ngebul.

Inilah penyakit USU sebenarnya. Hanya mempedulikan tampilan luarnya saja agar terlihat sebagai tempat akademis padahal di dalamnya terdapat sistem busuk dan bobrok yang benar-benar tidak berorientasi pada masyarakat.

Sebaiknya USU jangan seperti kacang lupa kulit, ketika menerapkan kebijakan sebaiknya berorientasi pada masyarakat bukannya pada kepentingan ekonomi semata.



Penulis adalah Redaktur SUARA USU 2011

Akhir Cerita

Tinta ini telah ku tuliskan

Tak mungkin ke kembali ke awal

Kertas ini hampir penuh

Tinggal kalimat penutup yang perlu ku tuliskan

Tinggal perlu ku siapkan saja tinta cadangan

Ingin rasanya ku menyelesaikannya

Tapi aku masih belum siap untuk membacakan akhir ceritanya



M Januar

Tanpa Kopi “A”

Pagi ini dingin terasa

Angin Februari masih berhembus mesra

Bulu-bulu bergidik kaku renta

Tak bertenaga

Pagi ini terasa berbeda

Tanpa kopi di meja

Bukan karena habis gula

Tapi tak ada rasa

Kini sudah bulan ketiga

Bulan penuh rasa

Ingatkah ketika kita duduk diam tanpa kata

Saling berbisik canda

Pria muda terpaku di depannya

Memandang wajah penuh dengan kata-kata cinta

Cinta penuh emosi jiwa

Tapi apakah kau merasa?



Pria penggemar air putih.

Bintang Medan Takluk di Kandang

USU, suarausuonline.com — Bintang Medan FC harus mengakui keunggulan Jakarta 1928 setelah dipecundangi dengan skor 1-0, Minggu (20/2) di Stadion Teladan Medan. Gol semata wayang Jakarta 1928 dicetak oleh penyerang anyarnya Emanuelle De Poras melalui tandukannya.

Permainan berjalan dengan tempo sedang. Selama babak pertama hanya dua peluang matang saja yang mampu diciptakan ke dua tim. Bintang Medan FC mampu mengambil inisiatif serangan terlebih dahulu di menit ke-15 melalui tandukan penyerang Korea, An, setelah menerima umpan Rochmad Dwi Ady. Namun tandukannya hanya tipis di kiri gawang Jakarta 1928 yang di jaga Rahmat. Jakarta 1928 tak mau tertinggal, di menit ke-33 sundulan San San masih belum mampu mengubah angka.

Duet penyerang Jakarta 1928, De Poras-San San yang diturunkan sejak awal pertandingan ternyata belum mampu membuahkan hasil. Bambang Nurdiansyah, pelatih Jakarta 1928, mencoba menukar Hendra Bayou diduetkan dengan De Poras pada babak ke dua. Taktik ini terbukti berhasil, De Poras mampu mengoyak jala Bintang Medan setelah menerima umpan Sansan di menit ke-48.

Setelah turun minum ke dua, tim masih bermain dengan tempo sedang. Bintang Medan FC mencoba mengejar angka di lima menit terakhir. Peluang emas didapatkan Bintang Medan FC melalui tendangan penyerang mungil mereka, Yoseph Ostanika. Namun masih membentur mistar gawang di menit ke-40.

Hujan cedera menerpa Bintang Medan FC. Sebelumnya dua pemain utamanya, Syamsul Bahri dan Cosmin harus absen pada pertandingan ini karena cidera. Kemudian disusul Amine Kanoun dan Rochmad yang harus ditarik keluar lapangan pada pertandingan.(M. Januar)

Bintang Medan Ditahan Imbang di Kandang

Medan, suarausu-online.com — Setelah kalah dalam pertandingan sebelumnya, Bintang Medan kembali tak mampu mendapatkan poin penuh saat menjamu Persebaya 1928 di Stadion Teladan, Jumat (4/3). Kedua tim harus rela berbagi angka dengan skor 1-1.

Bintang Medan tertinggal terlebih dahulu oleh gol Otavio Dutra di menit 15. Umpan lambung yang dilepaskan Rendi Irawan memudahkan Otavio menanduk bola dan menggetarkan gawang Bintang Medan yang dikawal Decky Ardian Cahyadi.

Persebaya 1928 mampu mengambil jalannya pertandingan di babak pertama. Terbukti, dalam waktu 15 menit Persebaya 1928 mencetak angka terlebih dahulu. Bintang Medan yang tampil kurang ngotot di babak pertama hanya mampu menciptakan satu peluang melalui Cosmin Vansea di menit 45. Namun tendangannya ditahan penjaga gawang Persebaya 1928.

Memasuki babak ke dua Bintang Medan mencoba tampil lebih agresif. Beberapa peluang mampu diciptakan anak asuh Michael Fichiten ini.

Gol penyeimbang Bintang Medan akhirnya datang di menit 49 melalui Yoseph Ostanika. Yoseph memanfaatkan tendangan sudut Gaston Salasiwa dan berhasil memasukan bola ke gawang Persebaya 1928. Bintang Medan mampu menciptakan beberapa peluang. Di menit 56 memanfaatkan tendangan bebas An, namun masih mampu ditepis Endra.

Meskipun kedua tim mencoba tampil menyerang, namun sampai akhir pertandingan tak ada gol yang tercipta. “Padahal target kami harus menang, namun Persebaya 1928 tampil bagus. Saya pikir hasil malam ini cukup,” ucap Michael saat jumpa pers.

Pertandingan sempat terhenti akibat lampu stadion mati. Namun dilanjutkan kembali setelah 22 menit kemudian.(M. Januar)

PSMS Medan Hantam PSSB Bireuen 3-0

Medan, suarausu-online.com — PSMS Medan hantam PSSB Biereuen dengan skor 3-0 di Stadion Teladan, Sabtu (5/2). Satu gol bunuh diri dari pemain PSSB Bireuen serta dua gol berikutnya dicetak Alfian Habibi dan Ari Yuganda dari PSMS Medan.

Sejak menit awal PSMS sudah mengambil alih jalannya pertandingan. PSMS mampu membuat pertahanan PSSB Biereuen panik. Pertandingan baru berjalan delapan menit, PSMS unggul karena gol bunuh diri pemain belakang PSSB Bireuen ketika menghalau tendangan Donny Fernando Siregar.

PSMS terus tampil menekan, peluang didapat Alfian Habibi di menit 12, namun tendangannya masih tipis di sebelah kanan gawang PSSB Bireuen yang dikawal Didik Wisnu. Di menit 30 PSMS kembali mendapat peluang emas melalui sundulan kepala Vaqner Luis namun masih tipis di kanan gawang Bireuen.

Akhirnya usaha anak asuhan Suharto ini menambah angka. Lima menit sebelum turun minum, Alfian Habibi memanfaatkan bola liar di luar kotak pinalti. Tendangan kerasnya mampu menggetarkan gawang PSSB Bireuen menjadi 2-0.

Di babak kedua PSSB Biereuen belum mampu keluar dari tekanan PSMS Medan. Rinaldo yang menggantikan Tri Yudha Handoko di menit 65 menambah daya serang tim berjuluk Ayam Kinantan ini. Satu menit kemudian Rinaldo mampu menembus pertahanan PSSB Bireuen namun tendangannya masih di atas gawang.

Meski tampil menyerang, PSMS harus menunggu hingga menit ke 90 untuk menambah angka. Vaqner Luis yang tampil impresif pada pertandingan malam ini menusuk sisi kiri pertahanan PSSB Biereuen. Vaqner berhasil melepaskan umpan lambung ke dalam kotak pinalti yang disambut tandukan Ari Yuganda. Tandukannya menambah angka menjadi 3-0 sebelum peluit panjang ditiupkan.

Helmi Ab­­dullah, asisten pelatih PSSB Bireuen, mengeluhkan pertandingan yang diadakan malam hari. “Kami tidak pernah main di malam hari sehingga kami tak terbiasa,” ucapnya saat jumpa pers.

Hasil ini membawa PSMS naik satu peringkat ke posisi lima dan menggeser Persita Tanggerang. Kini PSMS terpaut delapan poin oleh pimpinan klasmen sementara Persiraja. (M. Januar)

Pendidikan Indonesia ke Arah Neoliberal

Jakarta, suarausu-online.com — Konsep pendidikan yang seharusnya menjadi hak bagi seluruh warga negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sudah mulai dilupakan oleh pemerintah. Hal ini disampaikan oleh Prof HAR Tilaar, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dalam Seminar Nasional Telaah Kritis Pendidikan Indonesia di Aula Perpustakaan UNJ, Senin (10/1).

Terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang tak lagi pro rakyat dan mengarah pada paham neoliberal. Salah satu kebijakan pemerintah yang tak berpihak kepada rakyat adalah adanya kelas-kelas internasional di sekolah hingga bangku perkuliahan.

Hal ini menurut Prof HAR Tilaar jelas mengangkangi Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. “Tampaknya pemerintah sudah buta, harusnya pemerintah membentuk satu sistem yang mengatur pendidikan nasional berdasarkan UUD 1945,” ucapnya.

Ia menjelaskan adanya kelas internasional akan menciptakan strata-strata baru dalam dunia pendidikan. “Dengan adanya kelas internasional tidak lagi dengan satu sistem pendidikan nasional dan hanya tertuju pada profit saja,” ujarnya.

Arif Wahyudin, salah satu peserta dari LPM Jumpa, Universitas Pasundan, menganggap kebijakan pemerintah tersebut tak berpihak pada rakyat miskin. “Kebijakan ini hanya menguntungkan satu pihak saja. Sebaiknya pemerintah terlebih dahulu meningkatkan kualitas pendidikan di nasional,” tutur Arif.

Beberapa kebijakan lain adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 tahun 2010 tentang Badan Layanan Umum Pendidikan. Menurut Prof HAR Tilaar, PP ini hanyalah ‘baju baru’ saja dan tak ada bedanya dengan Undang Undang Badan Hukum Pendidikan. “PP itu hanya membuka kesempatan baru bagi kapitalis saja,” ujarnya.

Seminar pendidikan ini merupakan rangkaian acara dari Pekan Nasional Pers Mahasiswa (Pena Emas) yang diadakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika UNJ selama satu minggu (10-17/1) di UNJ.Oleh Sandra Cattelya/M. Januar

Berpikir Global Bertindak Lokal Ala Persma

Jakarta, suarausu-online.com — Saat ini pers mahasiswa (persma) sebagai pers alternatif diharapkan dapat berpikir global dan bertindak lokal. “Maksudnya, persma jangan sampai menjadi katak dalam tempurung. Harus berpikir secara global dan bertindak kembali ke konteks kelokalan masing-masing,” ucap Rama Dwi Cahya, ketua pelaksana kegiatan Pekan Nasional Pers Mahasiswa (Pena Emas) di Universitas Negeri Jakarta, Senin (10/1).

Kegiatan yang dimotori Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika ini mengusung Glokalitas Pers Mahasiswa sebagai tema. Permasalahan pendidikan di Indonesia pun menjadi pembahasan utama. Pendidikan dianggap belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. “Glokalitas sangat diharapkan khususnya dalam ranah pendidikan,” jelas Rama.

Arif Wahyudin, peserta dari LPM Jumpa, Universitas Pasundan mengatakan pelatihan ini membuat ia lebih paham akan permasalahan dunia pendidikan. “Ternyata terdapat banyak kesalahan-kesalahan dan ‘permainan’ yang dilakukan pemerintah dalam dunia pendidikan,” ujarnya.

Pena Emas sendiri merupakan acara kelanjutan yang sebelumnya diadakan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Catatan Kaki, Universitas Hasanudin, Makassar dua tahun lalu. Acara yang berlangsung selama satu minggu (10-17/1) ini diikuti oleh 38 anggota persma se-Indonesia. Kegiatannya di buka dengan dua seminar nasional, dilanjutkan dengan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut, field trip dan diakhiri kunjungan redaksi ke media massa.(M. Januar)

Tak Akui Paidi, Pema Sekawasan Ajukan Protes di Raker BEMSI

Medan, suarausu-online.com — Keikutsertaan Paidi, Presiden USU terpiilih 2010 dalam Rapat Kerja Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEMSI) pada 2-6 Februari di Medan menimbulkan aksi protes dari Pema Sekawasan USU. Salah satu anggota Pema Sekawasan, Mawardi Saragih, menyatakan saat ini USU tidak memiliki presiden. “Kedatangan kami (Pema Sekawasan-red) ke sana bukan untuk merusuh tapi untuk verifikasi bahwa di USU tak ada presiden,” ujarnya, Senin (14/2).

Rosul, Ketua Panitia Rapat Kerja BEMSI, meyatakan dirinya tak tahu tentang status Paidi. “Pertemuan BEMSI sebelumnya di Bali menyatakan Paidi sebagai Presiden USU. Jadi, kami tahunya Paidi sebagai Presiden USU,” ujarnya, Senin (14/2). Ia juga menambahkan seharusnya permasalahan ini diselesaikan di internal saja jangan dibawa keluar. “Malu kan dengan universitas lain,” tambahnya.

Rapat kerja tersebut akhirnya dapat dilanjutkan dengan lancar. Rapat tersebut menghasilkan empat poin besar yaitu, permasalahan korupsi, reformasi birokrasi, ketahanan pangan dan lingkungan. Rosul yang juga mahasiswa Universitas Panca Budi, menjelaskan empat poin inilah yang paling penting untuk diperhatikan saat ini. “Seharusnya Indonesia tak perlu lagi impor beras,” ujar Rosul saat dihubungi via telepon seluler.

Rektorat Belum Kucurkan Dana Pemilu

USU, suarausu-online.com — Dana untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden Mahasiswa USU yang rencananya akan dicairkan bulan ini belum diberikan Rektorat USU. Hal ini disampaikan Abdul Rasyid, Sekretaris Komisi Pemilihan Umum (KPU) USU. “Sampai sekarang kami belum menerima dana itu,” ucapnya saat ditemui di Sekretariat Pemerintahan Mahasiswa (Pema) Fakultas Ekonomi, Jumat (4/3).

KPU USU sebenarnya telah mendatangi pihak rektorat dan membahas masalah dana tersebut kepada Eddy Marlianto, Pembantu Rektor (PR) III USU. Namun dana yang diberikan pihak rektorat dinilai belum cukup untuk menyelenggarakan pemilu. Rencananya KPU hanya diberikan Rp 29 juta. “Tidak cukup, dana yang kami butuhkan kira-kira Rp 50 juta,” ucap Rasyid yang mengaku pihaknya akan menemui PR III kembali.

Rasyid mengeluhkan lambatnya proses pencairan dana. “Sebenarnya, mereka (pihak rektorat -red) harus mengerti dengan kegagalan pemilu lalu,” ucapnya. Ia menjelaskan keterlambatan turunnya dana akan mengganggu kinerja KPU USU.

Selain dana, pembahasan petunjuk pelaksanaan (juklak) oleh pema sekawasan juga menghambat proses pemilu. Saat ini, KPU USU tengah vakum karena menunggu hasil juklak tersebut. (M.Januar)

Mantan Dekan Fakultas Sastra Terbukti Tidak Plagiat

USU, suarausu-online.com - Tuduhan plagiarisme yang menerpa mantan Dekan Fakultas Sastra (FS), Prof Wan Syaifuddin terbukti tidak benar. “Pihak Universiti Sains Malaysia telah mengeluarkan surat yang membuktikan Saya tidak bersalah,” terangnya di Sekretariat SUARA USU, Jumat (25/3).

Isi surat tersebut menjelaskan tesis Wan Syaifuddin tidak menjiplak tesis milik dosen FS, Irwansyah yang berjudul, Syair Puteri Hijau: Telaah Sejarah Teks dan Resepsi (1989). “Mungkin dia tidak paham dengan metologi yang saya gunakan,” ucapnya.

Wan menjelaskan tesisnya yang berjudul Syair Lisan Masyarakat Melayu Deli, Tumpuan Khusus Terhadap Syair Puteri Hijau (1993) bertolak belakang dengan tesis Irwansyah, karena Putri Hijau adalah sebuah legenda.

Berulang kali Wan menjelaskan naiknya ia sebagai dekan lah yang menyebabkan tuduhan ini diangkat. “Kasus ini berkaitan dengan suksesi pemilihan saya sebagai dekan beberapa waktu yang lalu,” paparnya.

Bisru Hafi, Kepala Bidang Humas USU menjelaskan pihak universitas telah memutuskan Wan Syaifuddin tidak melakukan plagiat. Pihak universitas pun tak mengambil tindakan secara institusi kepada Irwansyah. “Semua dikembalikan lagi pada Wan Syaifuddin,” paparnya, Selasa (29/3).

Untuk saat ini Wan memilih menempuh jalur kekeluargaan terlebih dahulu. Ia masih berpikir dan menunggu permintaan maaf dari Irwansyah. “Dalam minggu ini saya membuka pintu maaf, namun kalau tidak ada akan ditempuh lewat jalan hukum,” ucapnya. Ia juga menambahkan sebaiknya USU memberikan sanksi kepada Irwansyah akan kasus ini. (M.Januar)

Toefl Test di FISIP Minim Peserta

USU, suarausu-online.com — Toefl test yang diadakan atas kerja sama Pema FISIP USU dengan Briton Medan di Aula FISIP USU (30/1) minim peserta. “Peserta yang mengikuti tes ini hanya sekitar 20-30 peserta saja” papar Daniel yang merupakan Centre Manager di Briton Medan.

Daniel mengungkapkan waktu promosi yang sangat mendesak menyebabkan minmnya peserta yang mendaftar. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan promosi di mulai hari Senin (25/1) lalu.

Kegiatan yang dimulai pada pukul 8 ini, memilki perbedaan dari tes biasanya. “Dalam tes ini panitia membuat workshop yang harus diikuti peserta di awal acara. Kegiatan ini berguna agar para peserta memiliki kiat untuk menjawab soal dan mampu memperoleh nilai tinggi,” jelas Daniel.

Di tempat yang sama Mutia dan Herdiana yang merupakan peserta dari Fakultas Ekonomi menyatakan bahwa hasil tes tersebut akan digunakannya untuk memenuhi syarat melamar pekerjaan. “Hasil ini tidak hanya berguna untuk mengetahui kemampuan Bahasa Inggris, hasil ini juga berguna bagi peserta yang ingin melamar pekerjaan dan meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,” papar Daniel. (M Januar )

Empat Calon Rektor Sudah Mendaftarkan Diri

USU, suarausu-online.com — Menjelang akhir penutupan pendaftaran rektor hari ini (9/2) empat dari lima Bakal Calon (Balon) Rektor USU periode 2010-2015 sudah mendaftarkan diri. Balon tersebut antara lain Prof Syahril Pasaribu, Prof Subhilhar, Prof. Nawawi Lubis dan Prof Bismar Nasution.

Sementara balon lain yang juga mengambil formulir Prof Ismet Danial Nasution hingga berita ini diturunkan belum mendaftarkan diri. Hal tersebut dinyatakan Sekretaris Panitia Penyelenggara Penyaringan dan Penjaringan Calon Rektor (P4CR) Prof Armansyah Ginting, kemarin (8/2).

“Dari nama-nama yang sudah mendaftarkan diri tak ada balon rektor yang bermasalah dalam pengursan administrasi. Administrasi yang diajukan antara lain Surat Kesehatan, SKCK dan beberapa yang lain,” ujar Armansyah.

Berbeda dengan Pemilihan periode sebelumnya, pada pemilihan kali ini tidak perlu dukungan dari dosen sebagai syarat dalam pencalonan. Keputusan tersebut ditujukan agar para calon tidak hanya dari lingkungan sivitas akademika USU saja. Keputusan itu diambil berdasarkan Rapat Senat.

“Para Calon kali ini memiliki peluang yang sama besar berdasarkan popularitas dan situasi yang berkembang saat ini” jawab Armansyah diplomatis. ( M Januar )

Menggugah Keadilan Lewat Monumen

Tidak lama lagi masyarakat khususnya kota Medan dapat memiliki Monumen Koin yang kurang lebih setinggi 5 meter. Monumen ini akan didirikan di depan Musium Rahmat Gallery, sehingga masyarakat dapat menyaksikannya dari pinggir jalan tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun.

Monumen ini dinamakan Monumen Keadilan. “Pendirian Monumen ini didasari atas kasus-kasus ketidakadilan seperti kasus Bibit-Chandra dan Prita,” aku Rahmat Shah yang juga merupakan Konsulat Jendral untuk Turki ini.

Monumen yang terbuat dari batu granit dan batu alam ini terdiri dari lambang koin yang mencerminkan masyarakat kecil, tangan yang menandakan kebersamaan, rantai yang mencerminkan lepas dari ikatan belenggu ketidakadilan, timbangan yang melambangkan keadilan, kobaran api menanamkan rasa semangat yang tak pernah padam, batu karang mencerminkan kokohnya NKRI, air yang melambangkan kesejukan murni dan abadi, serta acralik bening yang mencerminkan keterbukaan, keikhlasan dan kejujuran yang murni..

Aksi pengumpulan dana untuk pembangunan Monumen ini juga terinspirasi dari koin Prita. Pengumpulan koin dimulai dari (18/12) lalu. Pengumpulan koin selain di Medan juga dilakukan seluruh daerah di Sumut. Aksi pengumpulan koin ini diperoleh dari masyarakat dengan alasan masyarakat merasa memiliki monumen ini dan sadar akan pentingnya keadilan paparnya dalam acara Silaturahmi dan dialog pembangunan kemarin.

Dalam dialog tersebut beliau mengajak rekan pers dan mahasiswa untuk menuntut hak dan keterbukaan dari para pejabat. Hal ini disebabkan semakin sulitnya birokrasi bagi masyarakat menengah ke bawah dalam mengurus segala administrasi seperti pengurusan KTP, surat tanah dan sebagainya. (M Januar)

Dekan Ganti, Study Tour FKM Batal

USU, suarausu-online.com — Agenda Pemerintahan Mahasiswa (Pema) FKM untuk mengadakan Study tour ke Bali dibatalkan oleh pihak dekanat. Pembantu Dekan II Syarifa menyatakan pembatalan tersebut dikarenakan pada Juni nanti akan diadakan pergantian dekan. “Kami memundurkan kegiatan tersebut namun belum tahu sampai kapan,” tambahnya kepada SUARA USU, Jumat (7/5).

Di tempat terpisah, Amru selaku Gubernur FKM menyayangkan keputusan pihak dekanat. “Kami sudah mempersiapkan kegiatan ini namun dibatalkan begitu saja dan kami tidak tahu alasannya kenapa,” paparnya. Dana awal yang dikutip dari 52 mahasiswa juga sudah dikembalikan oleh Pema selaku panitia.

Syarifa juga menjelaskan pergantian dekan akhir-akhir ini membuat mereka sibuk sehingga tidak sempat lagi mengurusi study tour dan ingin fokus pada ujian semester di awal Juni nanti.

Untuk menyikapi keputusan pihak dekanat tersebut, Amru mengaku tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh panitia. “Kami belum tahu sikap apa yang akan kami lakukan selanjutnya,” Ujarnya. (M Januar)

Lomba Pidato Bahasa Jepang, USU Juara Lagi

USU, suarausu-online.com – USU kembali meraih juara pertama dalam lomba pidato bahasa Jepang tingkat universitas se-Sumatera ke-27 yang digelar di Fakultas Sastra USU, Sabtu (19/5) lalu. Juara pertama diperoleh Andar Beny Prayogi yang juga pemenang lomba tahun lalu.

Ia mengaku tidak ada persiapan untuk mengikuti lomba ini. “Saya tidak menyangka bisa kembali menang, teks pidatonya saja saya berikan pada hari penutupan,” ujarnya. Ia menambahkan pengalaman tahun lalu memberikan pengaruh besar bagi dirinya.

Ono Eiko, salah satu juri menjelaskan bahwa Andar memang memenuhi lima kriteria yang diajukan juri. Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi adalah isi pidato, bahasa Jepang yang baik, cara menyampaikan pidato, wawancara oleh juri dan lama waktu pidato.

Zulfikri yang merupakan Dosen Sastra dan Bahasa Jepang berharap tahun depan USU bisa kembali memperoleh juara. “Saya berharap tahun depan USU mampu mempertahankan kemenangan ini,” ujarnya. (M Januar)

Peserta UMB Tes Tanpa Meja

USU, suarausu-online.com – Membludaknya peserta yang mengikuti Ujian Masuk Bersama (UMB) pada Sabtu (22/5) hingga sampai 34.651 peserta, membuat panitia UMB di USU harus menambah tempat untuk menampung para peserta. Auditorium pun digunakan sebagai ruangan ujian. Padahal ruangan tersebut tidak dilengkapi meja.

Humas USU Bisru Hafi memaparkan USU tidak bisa membatasi kuota peserta yang ikut tes. “Kami tidak bisa menutup pendaftaran sebelum hari yang ditetapkan. Kalau kami melakukan hal tersebut berarti kami melanggar hak mereka dong,” paparnya.

Wara Sinuhaji selaku penanggung jawab keamanan USU memaparkan tak ada masalah karena mereka menggunakan papan. “Tanpa meja tidak masalah kok, dengan papan itu saja sudah cukup,” ujarnya.

Ronaldo yang merupakan peserta UMB menjelaskan tidak adanya meja memperbesar kemungkinan jawaban tidak terbaca oleh komputer. Hal tersebut dikarenakan peserta akan kesulitan dalam mengerjakan soal dan mengisi lembar jawaban. “Saya kesulitan waktu membulatkan jawaban di lembar jawaban, walaupun sudah menggunakan papan,” tambahnya. (M Januar)

Paidi: Kabinet Siap Dilantik

USU, suarausu-online — Kabinet dalam kepemimpinan Paidi sebagai Presiden Mahasiswa USU telah siap dibentuk. Saat ditemui di fakultasnya, Paidi menyatakan pelantikan akan diselenggarakan pada minggu pertama perkuliahan aktif. “Nama-nama sudah ada dan awal perkuliahan nanti akan dilakukan pelantikan,” ujarnya (26/7).

Dalam kabinet tahun ini, terdapat perubahan dibandingkan pemerintahan mahasiswa yang dahulu. “Akan ada perubahan, hal ini dilakukan karena kebutuhan itu sendiri,” ujarnya. Paidi mengusahakan agar setiap KAM dapat menempati kursi dalam pemerintahannya. “Saya kepinginnya setiap KAM dapat tempat supaya merata suaranya,” imbuhnya.

Saat ditanya mengenai isu tentang adanya pemilu ulang dia hanya menjelaskan bahwa sementara ini dia akan bekerja sesuai program kerja yang dibuat. “Sampai sekarang tak ada surat yang diberikan pada saya. Yang penting saya menjalankan dulu jabatan ini,” tambahnya. (M Januar)

Kolam Perpustakaan Segera Rampung

USU, suarausu-online — Pembangunan kolam di gedung perpustakaan direncanakan akan selesai bulan ini. Kepala Perpustakaan USU, A Ridwan Siregar memaparkan pembangunan ini bertujuan untuk membuat perpustakaan lebih asri dan menambah daerah hijau di USU. “Saya akui wilayah hijau di USU ini masih jauh kurang,” ujarnya.

“Kolam yang kemarin kan berdinding beton jadi tidak terlihat alami,” ujar Ridwan. Selain itu Ridwan menambahkan dengan adanya pembangunan kolam ini dapat meningkatkan minat mahasiswa datang ke perpustakaan. Sehingga mahasiswa bisa memanfaatkannya sebagai tempat belajar sambil menenangkan diri.

Evalina, mahasiswa Fakultas Farmasi angkatan 2009 menyetujui pembangunan kolam ini. “Asal jangan airnya warna coklat saja seperti kubangan,” ujarnya. Dia juga menambahkan agar anak-anak kecil tidak menggunakannya untuk mandi di sana. (M Januar)

Pembangunan Perpustakaan Siap Dilanjutkan

USU, suarausu-online — Pembangunan Gedung Perpustakaan USU yang sempat terhenti kini siap dilanjutkan kembali. Saat dijumpai di ruangannya (26/7), A Ridwan Siregar yang merupakan Kepala Perpustakaan USU memaparkan bahwa permasalahan dana hingga mencapai Rp 16 milyar merupakan faktor utama penyebab terhentinya pembangunan gedung perpustakaan.

Pembangunan yang sudah dimulai sejak dua tahun lalu ini bertujuan agar USU memiliki perpustakaan sesuai dengan standar internasional. Sehingga kapasitas buku selalu bertambah tiap tahunnya.

Ridwan mengakui perpustakaan USU masih jauh dari standar internasional. Ia menjelaskan standar internasional perpustakaan adalah 1 meter per mahasiswa. “USU kan punya 3000 mahasiswa, jadi harus memiliki perpustakaan seluas 3000 meter,” ungkap Ridwan. Nyatanya, USU sekarang hanya punya 1200 meter saja.

Gedung perpustakaan yang baru ini direncanakan rampung sekitar 2012 nanti. “Jika tak ada halangan lagi, perpustakaan akan rampung 3 tahun lagi” ujarnya. (M Januar)

Akhir Cerita

Tinta ini telah ku tuliskan

Tak mungkin ke kembali ke awal

Kertas ini hampir penuh

Tinggal kalimat penutup yang perlu ku tuliskan

Tinggal perlu ku siapkan saja tinta cadangan

Ingin rasanya ku menyelesaikannya

Tapi aku masih belum siap untuk membacakan akhir ceritanya



M Januar

Bungkam Persita 2-1, PSMS Penuhi Target

Medan, suarausu-online.com — PSMS kembali meraup poin penuh di kandang setelah menaklukan Persita 2-1, Jumat (4/2). Memperoleh enam poin dari dua pertandingan kandang membuat manajemen PSMS puas. “Kita telah memenuhi target,” ucap Benny Tomasoa, Assistan Manager PSMS. Pada pertandingan sebelumnya PSMS berhasil menaklukan Persipasi Bekasi dengan skor yang sama.

Kurniawan Dwi yulianto mengawali kemenangan itu lewat gol pada menit ke-10, setelah menerima umpan terobos Zulkarnain. Kurniwan dengan cerdik mengecoh penjaga gawang Persita, Ryky, untuk menggetarkan jala gawang.

Meski tampil di kandang lawan, Persita pun tampil menyerang. Jual beli serangan pun dilakukan oleh ke dua tim. Akhirnya Persita mampu menyamakan kedudukan lewat tendangan terarah Agus S, penyerang Persita, enam menit sebelum turun minum.

Memasuki babak ke dua tak membuat ke dua tim tampil bertahan. Baru saja dua menit berselang, Faisal Azmi, gelandang PSMS membahayakan gawang Persita lewat tandukannya. Dengan skema 4-4-2 PSMS terus melancarkan serangan. Suharto, pelatih PSMS, mencoba memasukkan Jose Sebastian Vasques pada menit ke-73 menggantikan Alfian Habibi. Startegi Suharto terbukti berhasil. Jose berperan pada gol ke dua PSMS setelah memberikan umpan lewat tendangan sudut yang kemudian ditanduk Vaqner.

Bermain dengan tempo cepat membuat pertandingan memanas. Supratman, wasit asal Lampung harus mengeluarkan tiga kartu kuning. Pemain PSMS, Ari Yuganda diganjar kartu kuning pada menit ke-32. Disusul Luis Edmundo, pemain belakang Persita pada menit ke-8 dan Firdaus pada menit ke-60. (M Januar Rizki)

Ke dua tim mengeluhkan kepemimpinan Supratman sebagai pengadil lapangan. Benny menyayangkan beberapa keputusan wasit yang merugikan timnya. Hal ini juga diamini Pari, Manager Persita. “Tim saya merasa dirugikan karena banyak keputusan wasit yang tak berpihak pada kami,” ucapnya saat konfrensi pers setelah pertandingan. (M.Januar)